Dalam melakukan investasi, setiap orang memiliki pilihan sendiri.
Beberapa yang populer untuk investasi adalah; Properti, Emas dan Saham
Untuk investasi properti dibutuhkan modal awal yang cukup besar,
harga naik dengan sangat cepat tetapi tingkat kesukaran saat akan
menjual properti cukup tinggi. Dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk
menjual properti.
Untuk investasi Emas modal awal bisa disesuaikan, harga mengikuti
harga dunia dan sangat mudah untuk diperjual belikan. Investasi dalam
bentuk emas adalah salah satu cara untuk mempertahankan nilai uang
terhadap gempuran inflasi.
Investasi dalam bentuk saham membutuhkan modal yang bisa disesuaikan,
saat ini sedang dipromosikan program “Yuk Nabung Saham” yang membuka
peluang untuk mulai berbisnis saham dengan modal Rp 100.000,-.
Salah satu hal yang ‘menakutkan’ dalam bisnis saham adalah resiko
yang cukup tinggi. Resiko dalam hal ini adalah kerugian karena penurunan
harga saham. Harga saham yang fluktuatif bisa mengakibatkan kerugian
yang cukup besar.
Yang perlu dipahami adalah return selalu berbanding lurus dengan
resiko. Saat ini berbagai media banyak mengulas Investasi Bodong yang
mengakibatkan banyak orang kehilangan uang dalam jumlah besar. Dengan
return 10%/bulan yang dijanjikan tentu saja resiko yang dihadapi lebih
besar (malahan sangat besar), terbukti dengan kehilangan semua dana yang
diinvestasikan.
Di pasar saham, pertumbuhan dana lebih cepat karena membeli saham
adalah membeli sebagian dari perusahaan. Perusahaan itu terus
berproduksi dan menghasilkan profit. Dari profit itu yang kemudian
dibagikan pada para pemegang saham dalam bentuk deviden. Prospek
pertumbuhan profit sebuah perusahaan membuat banyak orang tertarik untuk
memiliki, dengan membeli saham perusahaan itu. Dari persepsi
pertumbuhan profit itu kemudian membuat harga saham naik dan pemilik
saham bisa menikmati keuntungan yang disebut capital gain bila menjual
saham miliknya.
Bila kita ikuti, pertumbuhan dana bila didepositokan di bank
nasional, bunga yang diberikan dalam kisaran 12% setahun, artinya bila
dana 10.000.000,- disimpan selama setahun akan bertumbuh menjadi
11.200.000,- Tentu saja dengan resiko yang sangat kecil karena dijamin
oleh LPS. Bila kita menyimpan dalam bentuk saham Unilever Tbk (UNVR)
maka kita bisa lihat pertumbuhan sebagai berikut:
www.6straderskill.com
Bila kita membeli saham UNVR pada tanggal 10 Januari 2014, harga saat
itu adalah Rp24.090,- / lembar, bandingkan dengan harga saat ini 3
Maret 2017 (3 tahun) harga UNVR berada di posisi Rp 41.975,- / lembar.
Bahkan pada tanggal 27 Juli 2016 harga UNVR mencapai Rp 44.575,- /
lembar. Yang ingin ditunjukkan adalah pertumbuhan dana Rp 10.000.000
(10/1-2014) menjadi Rp 17.424.242 selama 3 tahun, atau mencapai 74,24%.
Deviden tunai UNVR yang dibagikan setiap tahun. Tahun 2014 dibagikan
deviden untuk tahun buku 2013 total sebesar Rp 701,-/lbr. Bila seseorang
memiliki 1lot saham UNVR, setara Rp 2.409.000, mendapatkan deviden
tunai Rp 70.100,- yang langsung masuk ke rekening saham. Begitu
seterusnya setiap kali terjadi pembagian deviden.
Apakah investasi saham beresiko tinggi? Benar resikonya cukup besar,
bisa terjadi seseorang membeli saham UNVR disekitar tanggal 27 Juli
2016, dimana harga UNVR berada di kisaran Rp 44.575,-/ lbr, yang berarti
per tanggal 3 Maret 2017 mengalami kerugian sebesar 5,8%. Tetapi bila
kita lihat secara jangka panjang, investasi saham memberikan imbal hasil
(return) yang positif. Lain halnya bila berlaku sebagai trader/
pedagang saham, dimana durasi (timeframe) menahan saham tergolong
singkat, maka resikonya menjadi lebih tinggi.
Banyak orang yang mengatakan bahwa investasi saham beresiko tinggi,
pernyataan yang selintas bisa kita katakan benar, tetapi resiko
sesungguhnya ada pada pribadi tiap orang. Resiko terbesar adalah faktor
ketidak-tahuan. Tidak tahu adalah resiko yang terjadi dalam bidang
apapun. Resiko bisa dikendalikan, resiko menjadi bencana saat tidak
terkendalikan. Setiap orang beresiko saat berpindah tempat dengan moda
transportasi apapun. Resiko itu dikendalikan, dengan cara menyeberang
jalan melalui Jembatan Penyebrangan. Resiko kecelakaan bisa dikendalikan
dengan cara memilih moda angkutan yang baik dan pengemudi yang sudah
terlatih. Resiko ada setiap saat, tetapi mengendalikan resiko adalah
kunci untuk suatu perubahan.
Kenali resikonya, kendalikan dan mendapatkan keuntungan dari setiap
langkah yang dibuat. Bertolaklah ke tempat yang dalam, karena lautan
yang teduh takkan menghasilkan pelaut yang tangguh. Ada pelangi saat
badai berlalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar